Sebuah untaian puisi bisa begitu indah atau bahkan begitu penuh dengan keambiguan. Sebuah puisi bisa memengaruhi emosi pembacanya, membawa pembacanya menuju kepada atmosfir yang berbeda. Dan setiap koneksi kata-katanya bisa jadi begitu rapuh atau sangat kuat.
Sebuah untaian puisi tak semudah sekilas membacanya untuk memahaminya. Sebuah unataian puisi butuh waktu untuk dipahami dan butuh kesabaran untuk dimengerti dan butuh keinginan untuk disukai dan butuh ketulusan untuk mengintip maknanya.
Tahukah kau? Kau seperti puisi.
Sekali membaca puisi, belum tentu bisa temukan apa yang disiratkan.
Sekali bertemu dan berbicara dengamu, belum tentu bisa mengenalmu walau sempat berjabat tangan dan bertukar nama.
Dua kali membaca puisi, mungkin mulai bisa meraba maknanya.
Tapi, dua kali bertemu denganmu bukan berarti bisa dengan mudah masuki duniamu yang bahkan sulit untuk dipahami.
Tiga kali membaca puisi, bisa saja berhasil ikut terbawa dalam emosinya.
Namun apakah tiga kali pertemuan bisa membuatmu begitu mudah untuk dipahami?
Tahukah kau? Kadang puisi lebih mudah dipahami bila dibandingkan dengan dirimu.
Mungkin kamu adalah sejuta puisi yang butuh berjuta kali lipat pertemuan agar bisa mengenal, mengerti, dan memahamimu.
Di saat aku merasa mengerti kamu, ternyata itu adalah satu dari berjuta bait yang harus ku pahami.
Jika kamu seperti puisi, maka ada aku adalah pembacanya yang tertarik untuk memahamimu. Jika memang begitu adanya, maka izinkan aku untuk memahamimu dengan mengikuti bait-baitmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar