Sabtu, 10 Agustus 2013

Analogi Hati

Udah putus, tapi temenan. Baik.
Udah putus, tetep telfonan dan ngobrol sambil ketawa-ketawa, berkelakar, saling ejek, ,berdebat tentang hal yang sama sekali nggak penting, dan lupa waktu.
Udah putus, tapi tetep kangen.
Udah putus, tapi... yakin beneran mau putus?
Hahaha :D

Sampe akhirnya...
"Ngerasa aneh nggak?"
"Aneh? Apa?"
"Kita... Kita aneh nggak sih?"
"Aneh kenapa?"
"Kita... Apa sih bedanya kita sekarang, setelah putus sama sebelum putus?"
"Cuma beda status."
"Cuma beda status, ya? Iya sih..."
"Iya. Apa lagi?"
"Ngg ak tau, makanya nanya. Cuma beda status ya? Iya sih... Sekarang kita tetep telfonan gini..."


Sebelum dan sesudah itu, ada satu hal lagi yang sedikit menyikut sebuah sudut di ruang kosong dalam sebuah hati, "Harus berbuat apa jika kita mengetahui bahwa ada seorang yang terlengkapi oleh kita, sementara kita masih merasa terlengkapi oleh orang yang secara teknis bukan milik kita lagi?"

Sekarang... daripada mengorbankan satu demi keegoisan, daripada memenangkan diri demi separuh hati, lebih baik mengorbankan diri sendiri dan bahagia memiliki keduanya, bahagia dan membahagiakan.
Bahagia itu sederhana, saat kita bisa tersenyum karena melihat senyum orang lain karena kita, dan kita bisa tersenyum karena seseorang yang kita sayang kita ketahui masih ada untuk kita :)

Dan kenapa harus galau kalo yang sayang sama kita nggak pergi dan tetap di sana, menunggu untuk kita hampiri ketika kita membutuhkannya?
Karena sayang itu adalah ketulusan. Entah bagaimana dengan cinta, definisi yang terlalu beragam.
Tapi aku percaya, sayang itu milik siapa saja, oleh siapa saja, untuk siapa saja, dan berbeda-beda tiap kita.


Selamat akhir pekan! <3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar