Kamis, 09 Juli 2015

Percakapan Pagi Ini

Sebangun sahur pukul 03.24 WITA, saya mengulet sebentar sebelum mengumpulkan seluruh kesadaran untuk bangkit dari kasur. Hal pertama yang saya lakukan adalah mengecek keadaan seseorang di seberang dua pulau sana dengan menghubungi nomor handphonenya. "Nomor yang Anda tuju sedang sibuk. Silakan mencoba beberapa saat lagi." ternyata si mbak operator memberitahukan bahwa dia masih terjaga. Setelah itu, saya membeli paket SMS (iya, masih memakai teknologi SMS, karena hape terlalu canggih untuk memasang aplikasi-aplikasi perpesanan xD).

Usut punya usut, ternyata dia sedang tidak dalam keadaan good mood. Katanya sih karena hal sepele, tapi hal sepele yang dimaksud adalah hal yang besar jika saya yang terlibat. Maksudnya,  kalau saya yang sedang berkaitan langsung dengan "hal sepele" itu, maka statusnya bukan sepele lagi. Nah, tapi kenapa jika dia yang berkaitan, meski tidak langsung, maka statusnya sepele? Apakah dia sedang mengelabui dirinya sendiri? Entahlah, dia selalu begitu: bertingkah seolah semuanya baik-baik saja dengan harapan dirinya pun akan tertipu dengan kepura-puraannya, tapi sayang, dia tak pernah tertipu oleh dirinya sendiri.

Selesai santap sahur, komunikasi terputus sejenak oleh hal yang tak bisa diganggu. Maka, kesensiannya pun naik satu tingkat, dua tingkat, sampai berkuadrat-kuadrat. Entah sedang PMS atau apa. Susah sekali membujuknya (atau saya memang tipe orang yang tidak mau bersusah-payah membujuk?).

Maka, bermuaralahh kita pada obrolan melalui akun Facebook. Terlihat sekali saya bukan orang yang mau bersusah payah membujuk, tapi setidaknya saya mencoba :v Obrolan kita bersifat fluktuatif, naik-turun emosi yang dimainkan, rasa-rasanya dia sudah mulai tidak merajuk lagi, tapi yang sebenarnya belum tentu seperti yang saya duga, bukan? Dia memang tidak pernah tertipu oleh dirinya sendiri, tapi saya sering kali tertipu olehnya -_- Obrolan pun berakhir dengan sebuah pertanyaan yang dia ajukan, "Apa yang saya lakuin selama ini, menurutmu masih kurangkah?"

Hmm... hal ini susah untuk diungkapkan jawabannya. Kalau ditilik, semua yang sudah dia lakukan itu cukup! Bahkan, kalo dipikir dari sudut pandang sebagai orang lain apa yang sudah dia lakukan itu lebih dari cukup. Tapi, kenapa hati ini masih sering diliputi keraguan ketika hendak mendeklarasikan keyakinannya akan perasaan terhadap dia?

Terlepas dari itu semua, jarak yang jauh terbentang di antara kita sekarang membuat saya sering kali merasa ada yang hilang :) ada saja hal yang terasa kurang lengkap karena tidak bersamanya, ada saja yang membuat hati ini terasa sedikit perih, terutama ketika melihat yang lain bisa bersama "dia" mereka. Untuk menenangkan diri, saya mencoba untuk menarik diri saya yang dulu untuk menguatkan rapuhnya saya yang sekarang. Diri saya yang dulu, yang ke mana-mana bisa sendiri dan bukan masalah, yang ngapa-ngapain mengandalkan diri sendiri, semua saya tarik kembali untuk menutupi saya yang merasa tak lengkap ini. Apakah itu sudah cukup untuk bisa menjawab pertanyaannya?

Saya ingin kamu segera pulang supaya kita lekas bersua :)

Selamat pagi!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar