Sabtu, 01 Agustus 2015

Aku Bisa Mencintaimu Melalui Lagu

Tertanggal 26 Juli 2015

Tulisan ini mungkin akan membuatmu sedikit merasa sakit hati, tapi percayalah, aku tidak bermaksud demikian. Aku hanya ingin mencoba sedikit demi sedikit membuatmu melihat diriku sebagaimana aku. Mungkin aku aneh, tapi kurasa kamu bisa menerimanya.

Rasanya hidupku akan sepi dan tidak berperasaan tanpa musik. Sehari saja tidak memanjakan kuping dengan satu-dua lagu, rasanya hidup seperti datar-datar saja.

Dengan jarak yang memisahkan kita, dan waktu yang sedikit untuk kita, jujur saja, saya merasa kesal dan ingin putus saja. Boleh dibilang saya cepat menyerah, apalagi dalam hubungan. Sebelumnya juga begitu (hati saya mulai cenat-cenut untuk memutar memori lama), putus karena tak ada waktu untuk  bertukar kabar. Saya sakit hati ditinggal-tinggal, terlebih itu membuat saya menunggu hal yang tak pasti kapan datangnya. Kabar darimu itu, saya tidak tahu kapan akan tiba.

Saya selalu benci menunggu. Menunggu membuat saya seperti orang yang tak punya kerjaan sehingga masih punya waktu untuk menunggu orang lain. Tapi sayangnya saya tidak bisa membuat orang lain untuk tidak menunggu saya. Maafkan saya membuat kamu sering menunggu, bahkan hingga detik kamu membaca kalimat ini punkamu masih menunggu, kan? Menunggu di depan pintu hati saya sampai kamu dipersilakan masuk.

Saya memang benci menunggu, tapi saya lebih benci pada diri saya yang kerap melakukan sebuah penantian. Lelah. Bosan. Kesal. Jika ada kata yang maknanya berkenaan dengan ketiga kata itu, maka itu juga yang saya rasakan. Saya mulai lelah mengatur emosi; kapan harus tidak kesal, kapan harus lega, kapan harus simpati, kapan harus merasa ini dan itu. Meski begitu, toh saya tetap menunggu kabar darimu yang memang selalu terlambat datang. Saya sungguh merasa seperti orang bodoh karena menunggu, karena melakukan hal yang saya benci.


Tolong, untuk kali ini, sepanjang membaca tulisan ini dan setelahnya, jangan sekalipun mengucap maaf pada saya. Saya tidak ingin sebuah permintaan maaf :) Saya hanya ingin dimengerti. Sama halnya saya tak percaya pada janji melainkan bukti, saya pun sudah jengah dengan kata maaf yang semakin sering diucap maknanya semakin pudar bagi saya. Cukuplah kamu untuk tahu saja apa yang selalu coba saya jelaskan, tapi  toh kamu tidak semengerti yang saya harapkan, dan kamu selalu (saya tidak suka) minta maaf atas kesalahan yang notabene bukan disebabkan olehmu.

Penantian sepanjang hari, dimulai sejak bangun pagi sampai pada waktunya saya harus istirahat. Selama itu hanya satu yang ada di kepala saya, kapan kabar darimu tiba? Malas menghitung berapa panggilan yang  saya lakukan untuk merebut perhatianmu barang beberapa detik untuk mengetik sebuah pesan berisi kabar, terlalu sia-sia yang saya lakukan rasanya. Dari sekian yang malas  saya hitung itu, setengahnya diterima oleh mbak-mbak operator yang menyatakan nomormu sedang tidak aktif atau sedang berada di luar jangkauan. Jujur saja, pada saat itu saya ingin me-non aktif-kan hape sampai kamu tiba supaya kamu tahu bagaimana rasanya gelisah menunggu sebuah ketidakpastian.

Sepanjang hari saya melakukan rutinitas seperti biasa. Ketika malam tiba, ketika saya terlalu mengantuk untuk menonton televisi, ketika itulah kabar darimu datang. Saya bisa apa? Penantian sepanjang hari rupanya berakhir saat itu juga. Apa yang kamu lakukan jika hal yang kamu tunggu-tunggu telah tiba? Tentu saja kamu akan lega dan berusaha sebaik mungkin untuk menghargai sesuatu yang sudah ditunggu, bukan? Saya juga melakukan hal yang sama. Aku segera membalas pesan itu, sembari menunggu balasanmu aku memejamkan mata untuk memenuhi hak istirahat mataku yang lelah. Begitu terus sampai kantukku menguap entah ke mana. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk tidur lewat tengah malam karena ingin tahu kabar darimu yang sudah kutunggu sejak membuka mata. Sampai-sampai ibuku kesal padaku karena tidur larut dan terlambat bangun. Sampai-sampai aku harus menghemat jam istirahatku. Ya, meskipun tidak sehemat kamu.

Sudah berapa kali aku menghelas nafas berat, ya? Menulis ini seperti melepas beban, seperti berbicara padamu supaya kamu mengerti. Yah, mungkin kamu memang mengerti, kupikir dengan kemampuanmu untuk membaca orang lain maka akan mudah untuk sekedar mengerti keluhan perempuan keras kepala dan menyebalkan ini, kan? Jika sulit, tulisan ini dimaksudkan untuk meleburkan kesalahpahaman yang sering terjadi belakangan ini.

Cara terbaik untuk menghilangkan rasa kesal, ya, dengan melampiaskannya. Maafkan saya jika akhir-akhir ini sering naik emosi tiba-tiba dan membuat kamu terpaksa kecewa dan sedih. Tidak mudah lagi menyembunyikan rasa kesal darimu. Percuma berpura-pura baik-baik saja kalau akhirnya semua akan meledak jadi satu. Bukankah lebih baik menyicilnya?

Ah. Mendengarkan lagu hampir selalu bisa membuat emosi saya jadi lebih stabil dan kembali pada jalurnya. Sebelum mengetik tulisan ini saya mendengarkan lagu-lagu yang tadi pagi kuunduh. Pada lagu Ed Sheeran - Lego House (ya, lagu yang sudah tidak up to date lagi, tapi saya menyukainya), pada lirik "... I think I love you better now," saya merasa hati saya tergelitik untuk terhanyut dalam emosi pada bait itu. Yah, rasanya saya mencintaimu dengan lebih baik saat ini.

Lalu, pada lagu Simple Plan - Lucky One (lagu yang sudah tidak up to date lagi, tapi saya suka musiknya), pada dua bait refrain-nya "...it feels like it's taking forever, but one day things can get better..." seperti menyemangati saya bahwa pada saat-saat krisis perasaan terhadapmu nantinya semua akan baik-baik saja. Seperti sebuah kapal yang terombang-ambing oleh badai di tengah lautan akan berlayar dengan tenang setelah badainya berlalu. Mungkin sekarang ini, jika hubungan kita seperti kapal, maka kita sedang menghadapi badai. Kita tinggal menunggu badainya berlalu.

Pada lagu saya mencintaimu. Ini sedikit membingungkan, mungkin pada bagian ini kamu akan merasa sedikit kecewa dan sakit hati, maka saya minta maaf terlebih dahulu. Saya mencoba untuk menjelaskan kejujuran, kejujuran tidak selalu manis, bukan?

Lagu cinta. Saya menyukai jenis musik yang easy listening dengan tema cinta. Selera yang mungkin sedikit picisan, tapi saya tidak serendah itu. Dalam hal lagu cinta, saya memilih-milih lagu dan penyanyi serta isi liriknya. Dan ketika mendengarkan lagu saya seringkali merasa terbawa emosi yang disampaikan penyanyi melalui liriknya. Ketika mendengar lagu cinta, otak saya otomatis memposisikan saya sebagai tokoh utama dalam lagu tersebut. Jika liriknya bercerita tentang kesetiaan cinta, maka saya merasa sedang dalam usaha setia pada seseorang. Sederhananya, ketika saya mendengarkan lagu cinta, saya membutuhkan objek untuk mendampingi saya sebagai  tokoh utama.

Pada lagu Ed Sheeran tadi saya merasakan bahwa saya mencintaimu lebih baik sekarang. Iya, kamu. Siapa lagi yang seharusnya saya cintai jika bukan kamu yang notabene adalah kekasih saya sekarang?

Pada lagu cinta saya merasa saya harus bisa berperasaan layaknya apa yang tercantum pada lirik. Dan kepadamulah perasaan itu saya limpahkan. Kasarnya, seperti pelarian. Tapi tidak seharfiah itu.

Saya benci menunggu kabar darimu yang selalu tidak pasti kapan datangnya. Tapi saya lebih membenci diri saya yang tetap saja melakukan hal yang saya benci. Saya merasa bersalah karena menjadikanmu objek ketika mendengar lagu cinta. Tapi dengan begitu saya bisa belajar untuk lebih menghargai penantianmu di depan pintu hati saya, dan bisa belajar untuk mencintaimu dengan lebih baik.

Semoga tulisan ini cukup untuk menjelaskan segala sifat saya yang membuat kamu jengkel belakangan ini. Sekali lagi, jangan minta maaf atas apapun yang terdapat dalam tulisan ini karena yang seharusnya minta maaf adalah saya. Maaf membuat kamu menunggu di depan pintu hati untuk waktu yang tidak sebentar, tidak sesebentar saya menunggu kabar darimu.

Terima kasih mau membaca dan mencoba mengerti :)
---
*beberapa puluh menit setelah tulisan ini jadi*

Saya meneror kamu dengan pesan-pesan singkat beruntun. Saya tahu itu akan sangat mengganggu kamu yang entah sedang apa, saya tidak tahu karena memang saya belum diberi tahu. Dan saya tahu saya mengganggu karena saya mulai lupa bagaimana caranya sabar. Maafkan saya.

Beberapa telefonmu terpaksa saya tolak karena sedang tidak ingin bicara. Tapi pada telefon terakhir saya memutuskan untuk menerimanya, sayangnya kamu langsung memutus sambungannya. Lalu pesan singkat darimu masuk, "Terima kasih atas patah hatinya. Tau saya habis ditodong di jalan hah!!"

Hati saya seperti diredam godam. Firasat saya mengatakan itu semua karena saya, karena pesan-pesan singkat yang saya kirim beruntun karena lupa bagaimana caranya sabar. Saya tidak punya kata-kata bagus untuk membalas pesanmu itu, kecuali, "Gak tau.. Maaf. Saya gak ganggu lagi," dan doa. Saya merasa bodoh dan tidak berguna, he he. Air mata sudah sampai pelupuk, tinggal jatuh saja. Tapi malu, jadi air matanya saya telan kembali. Mungkin nanti saya biarkan keluar setelah kepala saya mendarat di atas bantal.

Saya minta maaf karena saya tidak mengerti apa-apa dan terkesan malas untuk mengerti apa-apa. Saya hanya merasa lelah dan agak lupa pada hal-hal seperti mengerti dan sabar. Saya juga sedang tidak sanggup melakukan hal yang saya benci pada waktu yang lebih lama. Tolong, kamu jangan minta maaf karena saya yang keras kepala dan tidak peka yang sulit mengerti keadaan.  Syukurlah kamu baik-baik saja.

Saya ingin meralat, kamu tidak usah repot-repot mengerti isi tulisan ini lah :) Tidak ada yang harus kamu mengerti karena sebenarnya kamulah yang membutuhkan pengertian. Sekali lagi, maaf.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar