Kamis, 27 Agustus 2015

Surat Cinta untuk Dua Tahun



CHAPTER 24.

24 bukan angka biasa, kita sama-sama tahu itu, kan, Abang?
Kita rupanya sudah sampai pada putaran ke-dua puluh empat pada setiap tanggal dua-puluh-tujuh. Wah, saya sama sekali tidak menyangka kamu akan betah berlama-lama berurusan hati dengan saya yang keras kepala dan sulit diatur-atur ini, Bang! Saya kagum dan salut akan keteguhan (atau kenekatan) Abang untuk terus bersama-sama saya meskipun sudah banyak kali sekali saya membuat abang makan hati, mungkin kalau makan hati betulan, hati Abang sudah tak bersisa karena tandas dimakan setiap saya buat gara-gara, ya? :P

Dari tiga buku cinta yang sudah saya tulis, buku cinta kali ini -dengan Abang ini- rasanya akan jadi buku yang paling tebal. Sekarang saja sudah sampai Chapter 24, kalau yang kemarin-kemarin paling banyak sampai Chapter 6. 

Bagaimana, ya... di Chapter 24 ini banyak sekali yang mau diulas, tapi sepertinya cukup kita saja yang merasakan perkembangan perasaan kita, ya, Abang ;)

Ingat? Percakapan aneh kita siang tadi? Tentang bagaimana ternyata kita sama-sama sering membandingan "kita" dengan orang lain? Kenapa kita sering berpikir bahwa orang lain lebih oke, lebih keren, lebih menakjubkan, lebih "seperti seharusnya", lebih A, lebih B, sampai lebih Z daripada kita. Padahal mungkin, mungkin lho, mungkin orang lain juga berpikiran sama dengan kita terhadap kita. Ya, namanya hidup manusia yang susah sekali puas karena lupa bersyukur, ya? Rumput tetangga selalu terlihat lebih hijau, padahal rumput sendiri sudah terawat, he he. 

Sudah sejauh ini... akhirnya ada timbal balik perasaan juga, Bang! Maaf sudah lama menunggu, ya. Tapi sejujurnya saya tidak mau jor-joran pada cerita kita, takutnya endingnya malah flat. Jadi, biarkan semua pas pada takaran sewajarnya saja, ya ^-^

Sejujurnya, seperti mimpi saya yang sangat saya inginkan, saya takut untuk bahkan membisikkannya. Tapi semoga Tuhan, untuk mimpi saya yang ini, Abang, semoga Tuhan mengizinkannya menjadi nyata, ya. Semoga masih ada berpuluh-puluh, bahkan beratus-ratus chapter lagi cerita tentang kita. Aamiin.

Singkat saja surat cinta ini, Abang, saya bersyukur ternyata ada orang lain, selain keluarga, yang betah hidup sama saya :3 Walaupun baru dua tahun, masih sebentar namanya jika dibandingkan dengan dua puluh tahun, ya! Hmm... pertanyaan akhir pada setiap chapter yang saya ajukan masih sama, tapi dengan perasaan yang berbeda, kali ini saya hampir berani menjawabnya, Abang... will the love still stand between us 'til the end of time?

I wish it will, Abang. I really wish the love will stand between us 'til the end of time. Aamiin.



Salam penuh rindu,
Adek yang sering kali merepotkan Abang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar